Saturday, 22 March 2014

Kelompok 2 Makalah "Pengertian dan Karakteristiki Kelompok"

MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM 2#


Disusun oleh:

Bayu Arya Pratama ( 11112386 )
Claudia Febrina (11112639)
Irena Armalia Gicta ( 13112778 )
Nurulita Dewi Hardiyanti ( 15112556 )
Roy Yohanes Lumban Gaol ( 16112708 )
Siti Karina Rachmawaty ( 17112059 )

2KA13
Kelompok 2

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2014

Pengertian dan Karakteristik Kelompok

Ada beberapa definisi dalam kelompok, antara lain :

“ sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit koheren pada beberapa tingkatan ”

“ dua atau lebih orang yang berbagai definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi”

“ dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung, masing – masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, masing – masing peduli dengan orang lainyang menjadi anggota grup, dan masing – masing peduli dengan ketergantunganpositif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencari tujuan bersama ”

“ dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu ”
Karakteristik Kelompok
            Sebuah kelompok(group) didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok formal, (formal group) adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi, dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukkan penugasan kerja. Sebaliknya, kelompok informal (informal group) adalah perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun secara organisasional.

            Kelompok-kelompok komando dan tugas ditentukan oleh organisai formal, sementara kelompok-kelompok kepentingan dan persahabatn merupakan perhimpunan informal.
            Kelompok komando(command group) ditentukan oleh grafik organisasi. Kelompok terdiri atas indivindu-indivindu yang melapor secara langsung kepada seorang manajer.
            Kelompok tugas(task group), juga ditentukan secara organisasional., mewakili mereka yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tetapi, batasan-batasan sebuah kelompok tugas tidak terbatas secara hierarkis pada atasan langsungnya. Kelompok tersebut dapat memotong hubungan-hubungan komando.
            Orang yang mungkin tergabung dalam kelompok komando atau kelompok tugas yang sama ataupun yang tidak, dapat bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan yang menjadi kepentingan masing-masing orang. Hal ini disebut sebagai kelompok kepentingan (interest group).
Tahap – TahapPembentukanKelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita menyebut urutan ini model 5 tahap perkembangan kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas 5 tahap tersebut dan sebuah model alternatif untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggang waktu.
1.     MODEL LIMA TAHAP
            Model lima tahap perkembangan kelompok ( five – stage group – development model ) menyebutkan karakteristik perkembangan kelompok dalam 5 tahap yang berbeda : pembentukan, timbulnya konflik, normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubaran.
a.    Tahap pertama, pembentukan ( forming ) , memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok tersebut. Para anggotanya ‘menguji kedalaman air’ untuk menentukan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai dari kelompok.
b.    Tahap kedua , timbulnya konflik ( storming stage ) adalah suatu daya konflik intra kelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setian indivindu.
c.    Tahap ketiga adalah tahap dimana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisai (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspetasi umum definisi yang benar atas perilaku anggota.
d.    Tahap keempat adalah berkinerja ( performing ). Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
e.    Tahap kelima adalah pembubaran ( adjourning stage ) . dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktifitas – aktifitas. Kebanyakan orang yang menginterpretasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa sebuah kelompok semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat tahap pertama.

Meskipun asumsi ini mungkin secara umum besar, apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model ini. Dibawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat berharap untuk menemukan situasi dimana kelompok – kelompok dalam tahap dua berpenampilan lebih baik dibandingkan mereka yang berada dalam tahap tiga dan empat.
Kadang kadang pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti ketika kelompok mengalami konflik dan tampil pada waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap empat selalu yang paling diinginkan.
   Keunggulan Pengambilan Keputusan Kelompok

Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber daya dari beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan ke dalam proses pengambilan keputusan. Selain masukan yang lebih banyak, kelompok dapat membawa heterogenitas ke dalam proses pengambilan keputusan. Mereka menawarkan semakin meningkatnya keragaman pandangan.

Hal ini membuka kesempatan terhadap lebih banyak pendekatan dan alternatif untuk dipertimbangkan. Akhirnya, kelompok dapat meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak keputusan gagal setelah pilihan terakhir dibuat karena orang – orang tidak dapat menerima solusi tersebut. Anggota kelompok yang berpartisipasi dalam mengambil sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung keputusan tersebut dengan antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.



Kekuatan Team Work
            Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim.

Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu. Bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.Berikut poin-poin teamwork yang baik: 

  1.  Teamwork adalah kerjasama dalam tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan. 
  2.  Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual. 
  3. Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
  4.  Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan. 
  5. Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual. 
  6.  Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian. 
  7. Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama. 
  8. Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi. 
  9.  Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana? 
  10.   Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target. 
  11.  Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama. 
  12.   Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.

      IMPLIKASI MANAJERIAL

Sejumlah sifat kelompok menunjukkan hubungan terhadap kinerja. Persepsi peran, norma, perbedaan status, ukuran kelompok, dan kekohesifan merupakan beberapa contoh yang menonjol.

KRITERIA EFEKTIVITAS
INTERAKSI
TUKAR PILIHAN
NOMINAL
ELEKTRONIK
Jumlah dan kualitas ide
Rendah
Menengah
Tinggi
Tinggi
Tekanan sosial
Tinggi
Rendah
Menengah
Rendah
Biaya uang
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Kecepatan
Menengah
Menengah
Menengah
Menengah
Orientasi tugas
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Potensi untuk konflik antar personal
Tinggi
Rendah
Menengah
Rendah
Komitmen pada solusi
Tinggi
Tidak dapat diterapkan
Menengah
Menengah
Pengembangan kekohesifan kelompok
Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah

Terdapat sebuah hubungan positif antara persepsi peran dan evaluasi kinerja seorang karyawan. Tingkat kesesuaian yang ada antara persepsi atas pekerjaan yang dilakukan karyawan dan atasan mempengaruhi tingkat dimana karyawan tersebut akan dinilai sebagai pekerja yang efektif oleh atasan. Hingga tingkat dimana persepsi peran karyawan memenuhi ekspetasi peran atasan, karyawan tersebut akan menerima evaluasi kinerja yang lebih tinggi.

Norma mengendalikan perilaku anggota kelompok dengan menetapkan standar benar atau salah. Norma – norma dari suatu kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku para anggotanya bagi para manajer. Ketika norma mendukung hasil yang tinggi, para manajer dapat mengharapkan kinerja indivindual jauh lebih tinggi dibandingkan ketika norma kelompok mengarah untuk menghambat hasil. Dengan cara serupa, norma yang mendukung perilaku antisosial meningkatkan kemungkinan bahwa indivindu-indivindu akan terlibat dalam aktifitas-aktifitas menyimpang di tempat kerja.

            Ketidaksetaraan status menciptakan frustasi serta dapat merugikan produktifitas dan kesediaan untuk tetap bersama dalam sebuah organisasi. Diantara para indivindu yang sensitif terhadap kesetaraan, ketidaksesuaian mungkin akan menyebabkan motivasi yang menurun dan usaha yang meningkat untuk mencari cara-cara membawa keadilan (yaitu, menerima pekerjaan ini). Selain itu , karena orang-orang berstatus rendah cenderung untuk kurang berpatisipasi dalam diskusi-diskusi kelompok, kelompok yang dikarakteristikan oleh perbedaan status tinggi di antara para anggotanya kemungkinan akan menghambat masukan dari para anggota berstatus lebih rendah dan menurunkan potensi mereka.

            Dampak dari ukuran terhadapnkinerja kelompok bergantung pada jenis tugas dimana kelompok tersebut terlibat. Kelompok yang lebih besar lebih efektif untuk mencari fakta. Kelompok yang lebih kecil lebih efektif pada tugas-tugas untuk melakukan tindakan.

Kepuasan dalam hubungan persepsi peran kinerja, kesesuaian yang tinggi antara seorang atasan dan karyawan terhadap persepsi pekerjaan karyawan menunjukan asosiasi yang signifikan dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi . dengan cara serupa, konflik peran diasosiasikan dengan ketegangan yang disebabkan oleh pekerjaan dan ketidakpuasan pekerja. Sebagian besar orang menyukai untuk berkomunikasi dengan orang-orang di tingkat status mereka sendiri atau yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang berada dibawah mereka. Sebagian hasilnya, kita seharusnya mengharapkan kepuasan yang lebih tinggi diantara para karyawan yang pekerjaannya meminimalkan interaksi dengan indivindu-indivindu yang mempunyai status lebih rendah dari pada mereka sendiri.

Hubungan ukuran kelompok kepuasan adalah sesuatu yang akan diharapkan seseorang secara intuitif, kelompok yang lebih besar diasosiasikan dengan kepuasan yang lebih rendah. Seiring ukuran yang semakin besar, kesempatan untuk berpatisipasi dan interaksi sosial menurun, juga kemampuan dari para anggota untuk mengidentifikasikan diri dengan pencapaian kelompok. Memiliki lebih banyak anggota kelompok juga mendorong perselisihan, konflik, dan pembentukan subkelompok, yang seluruhnya membuat kelompok tersebut menjadi satu kesatuan yang kurang nyaman bagi seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sarlito W Sarwono,Eko A Meinarno,psikologi social
Stephen P Robbins,Timothy A Judge,perilakuorganisasi,salembahumanika


No comments:

Post a Comment