Saturday 22 March 2014

Kelompok 2 Makalah "Disiplin dan Tanggung Jawab"

MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM 2#


Disusun oleh:
Bayu Arya Pratama ( 11112386 )
Claudia Febrina (11112639)
Irena Armalia Gicta ( 13112778 )
Nurulita Dewi Hardiyanti ( 15112556 )
Roy Yohanes Lumban Gaol ( 16112708 )
Siti Karina Rachmawaty ( 17112059 )

2KA13
Kelompok 2

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2014

·         Pengertian Disiplin
Konsep disiplin merupakan sikap ketaatan terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi, yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan, bukan karena unsur paksaan (Wursono; 1985). Sementara itu pendapat lain mengatakan bahwa suatu kedisiplinan penting bagi suatu organisasi, sebab dengan adanya kedisiplinan akan dapat ditaati oleh sebagian besar para karyawan dengan demikian adanya kedisiplinan tersebut diharapkan pekerjaanakan dilakukan secara efektif. Bilamana kedisiplinan tidak dapat ditegakkan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat dicapai secara efektif dan efisien (Nitisemito; 1982). Jadi dapat ditegaskan bahwa dalam penetapan disiplin lebih ditekakan pada unsur kesadaran dan penyesuaian diri secara sukarela, bukan atas dasar paksaan.
Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di dalam organisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomer 30 Tahun 1980 telah diatur secara jelas bahwa kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap pegawai negeri merupakan bentuk disiplin yang tanamkan kepada setiap pegawai negeri. Dalam buku Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang dikeluarkan oleh Sekretaris Negara, disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir batin, sehingga timbul rasa malu kena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Disiplin adalah sikap hidup dan perilaku yang mencerminkan tanggung jawab terhadap kehidupan, tanpa paksaan dari luar. Sikap dan perilaku ini dianut berdasarkan keyakinan bahwa hal itu bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Hal ni terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang menyesuaikan interennya dan mengendalikan dirinya agar sesuai dengan norma, aturan, hukum, kebiasaan yangberlakudalamlingkungansosialbudayasetempat.        

Dari pendapat dan uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa apabila suatu organisasi ingin mengusahakan agar kinerja karyawan meningkat, maka salah satu usaha yang harusdilakukan adalah menegakkan disiplin kerja pegawai. Dalam menegakkan disiplin, unsur pemimpin diharapkan dapat selalu menciptakan, menegakkan, danmemelihara kedisiplinan yang baik dari para anggota, sehingga produktivitas yang dinginkan dapat terwujud.
     Prawirosentono (1999: 31) mengemukakan bahwa secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin kerja, atau lebih tepatnya disiplin kerja pegawai dapat dikatakan ketaatan pegawai yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan organisasi di mana dia bekerja. Robert E. Quin Cs dalam Prawirosentono (1999 : 32) mengatakan : “Discipline implies obedience and respect for the agreement between the firm and its employee. Discipline also involves sanction judiciously applied”.
      Uraian ini dapat dijelaskan bahwa disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara perusahaan dan karyawan. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Menurut Suradinata (1996: 150), disiplin pada dasarnya mencakup pelajaran, patuh, taat, kesetiaan, hormat kepada ketentuan/peraturan/norma yang berlaku. Dalam hubungannya dengan disiplin kerja, disiplin merupakan unsur pengikat, unsur integrasi dan merupakan unsur yang dapat menggairahkan kerja bahkan dapat pula sebaliknya.
    Dengan berpedoman pada pengertian tersebut maka disiplin merupakan faktor pengikat kerja, yaitu merupakan kekuatan yang dapat memaksa tenaga kerja atau pegawai untuk mematuhi peraturan serta prosedur kerja yang telah disepakati dan telah ditentukan oleh lembaga yang berwenang atau pejabat yang berwenang dengan berpegang pada peraturan tersebut. Dengan berpegang pada peraturan dimaksud diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai.
Unsur-unsur Disiplin
 Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur–unsur disiplin adalah sebagai berikut :
1.    Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. 
2.    Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. 
3.    Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 
4.    Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. 
5.    Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.

·         JENIS JENIS DISIPLIN
1.    DisiplinPreventif
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri karyawan. Dengan cara ini karyawan menjaga disiplin diri mereka dan bukan karena suatu paksaan.
2.    DisiplinKorektif
             Adalah kegiatan diambil untuk menangani pelenggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba menghindari pelanggaran-pelanggaran berikutnya. Kegiatan korektif sering berupa sesuatu bentuk hukuman dan disebut tindakan kedisiplinan. Sasaran-sasaran tindakan pendisiplinan hendaknya positf, bersifat mendidik dan menilai, bukan tindakan negatif yang bersifat menjatuhkan. Secara umum tindakan pendisiplinan adalah sebagai berukut :
a.    Untuk memperbaiki pelanggaran 
b.    Untukmenghalangikaryawan lain melakukanpelanggaranserupa 
c.    Untuk menjaga berbagai standar agar tetap konsisten dan efektif.

3.    DisiplinProgresif
Adalah kegiatan yang memberikan hukuman-hukuman lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum dikenakan hukuman yang lebih berat. Sebuah contoh sistem disiplin progresif yang disusun atas dasar tingkat berat atau kasarnya hukuman secara ringkas dapat ditujukan sebagai berikut :
a.    Teguransecaralisanolehpenyelia.
b.    Tegurantertulisdengancatatandalam file personalia.
c.    Skorsingdaripekerjaansatusampaitigahari.
d.    Skorsingsatumingguataulebih.
e.    Diturunkanpangkatnya.
f.     Dipecat.






TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, danmemberikanjawabsertamenanggungakibatnya.
Seorang pelajar memiliki kewajiban belajar. bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibanya serta dia juga telah bertanggung jawab atas kewajibannya. kadar penanggung jawabnnya adalah bila dalam ujian dia akan menerima hasil ujiannya apakah A, B, atau C.
Seseorangmaubertanggungjawabkarenaadakesadaranataupengertianatassegalaperbuatandanakibatnyadanataskepentinganpihak lain. Timbulnyasikaptanggungjawabkarenamanusiaituhidupbermasyarakatdanhidupdalamlingkunganalam.
Macam – macamtanggungjawab :
1.    Tanggung jawab terhadap diri sendiri. Contoh : Andi membaca sambil berjalan, lalu ia terjatuh, akibatnya ia aharus beristirahat dirawat di rumah dan tidak sekolah. konsekuensi tidak bersekolah dan tinggal dirumah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2.    Tanggung jawab terhadap keluarga. Contoh : seorang ibu hidup dengan tiga anak, karena suaminya meninggal dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, walapun harus menjadi pelacur sekalipun, karena demi memberikan kehidupan dan bertanggung jawab atas ketiga anaknya.
3.    Tanggung jawab terhadap masyarakat. Contoh : seorang ketua RT yang menjabat saat itu di daerah tempat tinggalnya harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kesejahteraan warganya. misalnya saja bila pada saat hari raya qurban, ketua RT setempat harus sudah mempunyai data warga miskin yang akan menerima santunan qurban. ketua RT juga harus sigap membantu bilamana ada warganya yang meninggal dunia, lalu ketua RT juga menggerakan ibu-ibu PKK ditempatnya untuk membangun pos kesejahteraan untuk kesehatan, lingkungan dan pendidikan untuk warganya.
4.    Tanggungjawabterhadapbangsadannegara. Contoh: pada zaman penjajahan dahulu, para pemuda Indonesia bertanggung jawab untuk membela negara, turut berperang untuk memerdekakakn negara kesatua republik Indonesia. para pemuda sangat ingin memiliki kebebasan dalam bernegara, maka para pemuda menanamkan dalam hatinya mempunyai tekad yang kuat untuk membela negara dan bertanggung jawab atas semua permasalahan yang ada di negara Indonesia.

5.    TanggungjawabterhadapTuhan. Contoh : manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. ALlah sangat pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan untuk Shalat 5 waktu dan beramal sholeh, berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. semua yang diberikan ALlah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. tanggung jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sdah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatanya untuk kehidupan selnjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Diantara banyaknya tanggung jawab tersebut, bahwa kita harus melakukan semua tanggung jawab kita dengan iklas dan akan mendapatkan hak kita pada saat nya setelah kita melakukan semua tanggung jawab kita.

DAFTAR PUSTAKA

Wursono,1945,Dasar-Dasar manajemenPersonalia,PustakaDian,Jakarta


Kelompok 2 Makalah "Pengertian dan Karakteristiki Kelompok"

MAKALAH TEORI ORGANISASI UMUM 2#


Disusun oleh:

Bayu Arya Pratama ( 11112386 )
Claudia Febrina (11112639)
Irena Armalia Gicta ( 13112778 )
Nurulita Dewi Hardiyanti ( 15112556 )
Roy Yohanes Lumban Gaol ( 16112708 )
Siti Karina Rachmawaty ( 17112059 )

2KA13
Kelompok 2

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2014

Pengertian dan Karakteristik Kelompok

Ada beberapa definisi dalam kelompok, antara lain :

“ sekumpulan orang yang merasa terikat bersama dalam unit koheren pada beberapa tingkatan ”

“ dua atau lebih orang yang berbagai definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka dan bersikap berdasarkan definisi”

“ dua atau lebih individu berinteraksi secara langsung, masing – masing peduli dengan hubungannya dalam sebuah grup, masing – masing peduli dengan orang lainyang menjadi anggota grup, dan masing – masing peduli dengan ketergantunganpositif mereka sehingga mereka dapat berusaha mencari tujuan bersama ”

“ dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu ”
Karakteristik Kelompok
            Sebuah kelompok(group) didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok formal, (formal group) adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi, dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukkan penugasan kerja. Sebaliknya, kelompok informal (informal group) adalah perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun secara organisasional.

            Kelompok-kelompok komando dan tugas ditentukan oleh organisai formal, sementara kelompok-kelompok kepentingan dan persahabatn merupakan perhimpunan informal.
            Kelompok komando(command group) ditentukan oleh grafik organisasi. Kelompok terdiri atas indivindu-indivindu yang melapor secara langsung kepada seorang manajer.
            Kelompok tugas(task group), juga ditentukan secara organisasional., mewakili mereka yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tetapi, batasan-batasan sebuah kelompok tugas tidak terbatas secara hierarkis pada atasan langsungnya. Kelompok tersebut dapat memotong hubungan-hubungan komando.
            Orang yang mungkin tergabung dalam kelompok komando atau kelompok tugas yang sama ataupun yang tidak, dapat bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan yang menjadi kepentingan masing-masing orang. Hal ini disebut sebagai kelompok kepentingan (interest group).
Tahap – TahapPembentukanKelompok
Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi mereka. Kita menyebut urutan ini model 5 tahap perkembangan kelompok. Meskipun riset mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas 5 tahap tersebut dan sebuah model alternatif untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggang waktu.
1.     MODEL LIMA TAHAP
            Model lima tahap perkembangan kelompok ( five – stage group – development model ) menyebutkan karakteristik perkembangan kelompok dalam 5 tahap yang berbeda : pembentukan, timbulnya konflik, normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubaran.
a.    Tahap pertama, pembentukan ( forming ) , memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok tersebut. Para anggotanya ‘menguji kedalaman air’ untuk menentukan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai dari kelompok.
b.    Tahap kedua , timbulnya konflik ( storming stage ) adalah suatu daya konflik intra kelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setian indivindu.
c.    Tahap ketiga adalah tahap dimana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisai (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspetasi umum definisi yang benar atas perilaku anggota.
d.    Tahap keempat adalah berkinerja ( performing ). Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
e.    Tahap kelima adalah pembubaran ( adjourning stage ) . dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktifitas – aktifitas. Kebanyakan orang yang menginterpretasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa sebuah kelompok semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat tahap pertama.

Meskipun asumsi ini mungkin secara umum besar, apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model ini. Dibawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat berharap untuk menemukan situasi dimana kelompok – kelompok dalam tahap dua berpenampilan lebih baik dibandingkan mereka yang berada dalam tahap tiga dan empat.
Kadang kadang pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti ketika kelompok mengalami konflik dan tampil pada waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap empat selalu yang paling diinginkan.
   Keunggulan Pengambilan Keputusan Kelompok

Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menjumlahkan sumber-sumber daya dari beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan ke dalam proses pengambilan keputusan. Selain masukan yang lebih banyak, kelompok dapat membawa heterogenitas ke dalam proses pengambilan keputusan. Mereka menawarkan semakin meningkatnya keragaman pandangan.

Hal ini membuka kesempatan terhadap lebih banyak pendekatan dan alternatif untuk dipertimbangkan. Akhirnya, kelompok dapat meningkatkan penerimaan atas sebuah solusi. Banyak keputusan gagal setelah pilihan terakhir dibuat karena orang – orang tidak dapat menerima solusi tersebut. Anggota kelompok yang berpartisipasi dalam mengambil sebuah keputusan kemungkinan akan mendukung keputusan tersebut dengan antusias dan mendorong orang lain untuk menerimanya.



Kekuatan Team Work
            Teamwork atau kerja sama tim merupakan bentuk kerja kelompok yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya. Harus disadari bahwa teamwork merupakan peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencpai tujuan bersama. Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari pribadi paling populer di tim.

Dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.

Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari teamwork. Jangan pernah mengabaikan pengertian dan dukungan ini. Meskipun terjadi perselisihan antar pribadi, namun dalam tim harus segera menyingkirkannya terlebih dahulu. Bila tidak kehidupan dalam tim jelas akan terganggu. Bahkan dalam satu tim bisa jadi berasal dari latar belakang divisi yang berbeda yang terkadang menyimpan pula perselisihan. Makanya sangat penting untuk menyadari bahwa kebersamaan sebagai anggota tim di atas segalanya.Berikut poin-poin teamwork yang baik: 

  1.  Teamwork adalah kerjasama dalam tim yang biasanya dibentuk dari beragam divisi dan kepentingan. 
  2.  Sama-sama bekerja bukanlah teamwork, itu adalah kerja individual. 
  3. Filosofi teamwork: ‘saya mengerjakan apa yang Anda tidak bisa dan Anda mengerjakan apa yang saya tidak bisa.
  4.  Ketika berada dalam teamwork, segala ego pribadi, sektoral, deparmen harus disingkirkan. 
  5. Dalam teamwork yang dikejar untuk dicapai adalah target bersama, bukan individual. 
  6.  Keragaman individu dalam teamwork memang sebuah nilai plus namun bisa menjadi minus jika tidak ada saling pengertian. 
  7. Saling pengertian terhadap karakter masing-masing anggota team akan menjadi modal sukses bersama. 
  8. Jika setiap orang bekerjasama via bidang masing-masing, target korporasi pasti akan segera terealisasi. 
  9.  Individu yang egois mengejar target pribadi akan menghambat keberhasilan team. Bayangkan jika si A mengejar target A & si B mengejar target B, lalu target bersama bermuara kemana? 
  10.   Keahlian masing-masing sungguh menjadi anugerah dalam teamwork yang akan mempercepat proses pencapaian target. 
  11.  Kendalikan ego dan emosi saat bersama agar pergesekan tidak berujung pada pemboikotan kerjasama. 
  12.   Dengan pemahaman yang tinggi soal karakter individu dalam team, realisasi target tidak perlu waktu yang lama.

      IMPLIKASI MANAJERIAL

Sejumlah sifat kelompok menunjukkan hubungan terhadap kinerja. Persepsi peran, norma, perbedaan status, ukuran kelompok, dan kekohesifan merupakan beberapa contoh yang menonjol.

KRITERIA EFEKTIVITAS
INTERAKSI
TUKAR PILIHAN
NOMINAL
ELEKTRONIK
Jumlah dan kualitas ide
Rendah
Menengah
Tinggi
Tinggi
Tekanan sosial
Tinggi
Rendah
Menengah
Rendah
Biaya uang
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi
Kecepatan
Menengah
Menengah
Menengah
Menengah
Orientasi tugas
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Potensi untuk konflik antar personal
Tinggi
Rendah
Menengah
Rendah
Komitmen pada solusi
Tinggi
Tidak dapat diterapkan
Menengah
Menengah
Pengembangan kekohesifan kelompok
Tinggi
Tinggi
Menengah
Rendah

Terdapat sebuah hubungan positif antara persepsi peran dan evaluasi kinerja seorang karyawan. Tingkat kesesuaian yang ada antara persepsi atas pekerjaan yang dilakukan karyawan dan atasan mempengaruhi tingkat dimana karyawan tersebut akan dinilai sebagai pekerja yang efektif oleh atasan. Hingga tingkat dimana persepsi peran karyawan memenuhi ekspetasi peran atasan, karyawan tersebut akan menerima evaluasi kinerja yang lebih tinggi.

Norma mengendalikan perilaku anggota kelompok dengan menetapkan standar benar atau salah. Norma – norma dari suatu kelompok dapat membantu menjelaskan perilaku para anggotanya bagi para manajer. Ketika norma mendukung hasil yang tinggi, para manajer dapat mengharapkan kinerja indivindual jauh lebih tinggi dibandingkan ketika norma kelompok mengarah untuk menghambat hasil. Dengan cara serupa, norma yang mendukung perilaku antisosial meningkatkan kemungkinan bahwa indivindu-indivindu akan terlibat dalam aktifitas-aktifitas menyimpang di tempat kerja.

            Ketidaksetaraan status menciptakan frustasi serta dapat merugikan produktifitas dan kesediaan untuk tetap bersama dalam sebuah organisasi. Diantara para indivindu yang sensitif terhadap kesetaraan, ketidaksesuaian mungkin akan menyebabkan motivasi yang menurun dan usaha yang meningkat untuk mencari cara-cara membawa keadilan (yaitu, menerima pekerjaan ini). Selain itu , karena orang-orang berstatus rendah cenderung untuk kurang berpatisipasi dalam diskusi-diskusi kelompok, kelompok yang dikarakteristikan oleh perbedaan status tinggi di antara para anggotanya kemungkinan akan menghambat masukan dari para anggota berstatus lebih rendah dan menurunkan potensi mereka.

            Dampak dari ukuran terhadapnkinerja kelompok bergantung pada jenis tugas dimana kelompok tersebut terlibat. Kelompok yang lebih besar lebih efektif untuk mencari fakta. Kelompok yang lebih kecil lebih efektif pada tugas-tugas untuk melakukan tindakan.

Kepuasan dalam hubungan persepsi peran kinerja, kesesuaian yang tinggi antara seorang atasan dan karyawan terhadap persepsi pekerjaan karyawan menunjukan asosiasi yang signifikan dengan kepuasan kerja karyawan yang tinggi . dengan cara serupa, konflik peran diasosiasikan dengan ketegangan yang disebabkan oleh pekerjaan dan ketidakpuasan pekerja. Sebagian besar orang menyukai untuk berkomunikasi dengan orang-orang di tingkat status mereka sendiri atau yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang berada dibawah mereka. Sebagian hasilnya, kita seharusnya mengharapkan kepuasan yang lebih tinggi diantara para karyawan yang pekerjaannya meminimalkan interaksi dengan indivindu-indivindu yang mempunyai status lebih rendah dari pada mereka sendiri.

Hubungan ukuran kelompok kepuasan adalah sesuatu yang akan diharapkan seseorang secara intuitif, kelompok yang lebih besar diasosiasikan dengan kepuasan yang lebih rendah. Seiring ukuran yang semakin besar, kesempatan untuk berpatisipasi dan interaksi sosial menurun, juga kemampuan dari para anggota untuk mengidentifikasikan diri dengan pencapaian kelompok. Memiliki lebih banyak anggota kelompok juga mendorong perselisihan, konflik, dan pembentukan subkelompok, yang seluruhnya membuat kelompok tersebut menjadi satu kesatuan yang kurang nyaman bagi seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sarlito W Sarwono,Eko A Meinarno,psikologi social
Stephen P Robbins,Timothy A Judge,perilakuorganisasi,salembahumanika